Cerita Kami Berburu Tegel Kuno Otentik
Orang Jawa menyebutnya ‘tegel’. Ada juga yang menyebutnya ‘ubin’. Konon berasal dari Eropa Barat, material penutup lantai ini mulai populer di Indonesia semenjak dibawa oleh bangsa Belanda pada tahun 1800an dahulu.
Tegel di foto ini kami dapatkan dalam kondisi buruk rupa, teronggok di pinggir jalan raya Magelang menuju Semarang. Setelah beberapa tahun diletakkan di pinggir jalan, tegel berada dalam kondisi penuh lumut dan sebelumnya pernah ditempeli karpet. Terdapat banyak sisa lem menempel diantara lekukan indah motif timbulnya tersebut.
Kami pada awalnya menolak untuk membeli tegel ini, dengan pertimbangan keadaan yang parah dan restorasi yang dibutuhkan cukup berat. Tetapi handyman kepercayaan kami, Mr. Sumari, memaksa membeli tegel ini untuk diaplikasikan di ruang tamu bed and breakfast kami.
Pilihan Mr. Sumari tidak salah. Tegel bongkaran dari rumah kuno di Semarang ini rupanya berumur cukup tua. Ketika kami berkunjung ke Museum Jenderal Soedirman di bilangan Pakualaman Jogjakarta, kami mendapati tegel dengan motif sama persis terpasang disana. Rumah tersebut dibangun pada tahun 1890 oleh Paku Alam VII untuk Mr. Winschenk, seorang bangsa Belanda yang mengelola keuangan beliau. Tegel ini juga saya perhatikan terdapat di sebuah rumah tua di daerah Gedong Kuning, Jogjakarta. Menurut buku arsitektur ‘Java Style’ karya Petter Schoppert dkk koleksi kami, rumah tersebut diperkirakan dibangun pada medio 1890an.
Semakin menarik lagi ketika kami berkunjung ke beberapa dealer barang antik spesialis bongkaran rumah di Jogjakarta. Reaksi mereka cukup kaget ketika kami menunjukkan koleksi ini. Menurut mereka, tegel ini sudah berusia lebih dari seabad dan saat ini sudah cukup langka untuk bisa mendapatkan bongkarannya.
Coba anda perhatikan marking di salah satu tegel yang sengaja dipasang terbalik tersebut. Terdapat tulisan Tegel Fabriek ‘ZZ’ Lasem. Pabrik tegel tersebut berada di kota Lasem, sebuah kota kecil yang berada di pinggiran pantai utara Jawa. Saat ini pabrik sudah tidak memproduksi tegel lagi, hanya conblock saja.
Sementara itu, salah satu dari hasil produksi pabrik tersebut di masa lampau, berhasil kami restorasi dan terpasang dengan apik di Kalaka Bed and Breakfast. Membawa sepotong sejarah dan kesempatan kedua bagi sebuah karya kuno ini.